Suhartiniblog
TUT WURI HANDAYANI ING NGARSO SUN TULODO

Sang guru dalam workshop slide 1

kenangan workshop guru mukomuko yg bikin haru

Senyuman manis dari sang guru 2

Inilah kegiatan sang guru dalam yang selalu akrab terhadap anak didik

sang guru 3

Ini salah satu kegiatan dalam kebersamaan sang guru menuju profesional

sang guru 4

kegiatan seperti workshop atau pelatihan memang sangat penting bagi sang guru.

Sang guru 5

kegiatan seperti workshop dilakukan oleh sang guru di mukomuko.

Sang guru 6

kegiatan photo bersama dalam keakraban sang guru.

Sang guru 7

kegiatan photo bersama sebagai kenangan.

sang guru 8

Ini juga bagian kebersamaan dari sang guru.

Jumat, 30 September 2011

TEHNIK MENGAJAR YANG BAIK


Pertama           
Menurut Prof. Leblanc, mengajar yang baik merupakan gabungan dari kesenangan (passion) dan penalaran (reason).  Mengajar yang baik bukan hanya tentang bagaimana memotivasi mahasiswa agar mau belajar tetapi mengajar mereka bagaimana belajar dengan baik sehingga apa yang dipelajari menjadi relevan, memiliki arti, dan dikenang dengan baik.  Prof. Leblanc mengibaratkan bahwa memperlakukan mahasiswa (dalam hal mengajar dan mendidik) sama persis dengan bagaimana kita berbuat memperlakukan sesuatu (baik benda maupun binatang kesayangan).  Dosen harus memperlihatkan suatu antusiasme dan kasih sayang dan kemudian membagikannya kepada mahasiswanya.            Beberapa indikator dari dampak mengajar yang baik adalah :
Apa yang diajarkan di dalam kelas menjadi stimulan bagi proses berikutnya dari studi mahasiswa, misalnya menjadi topik bahasan kuliah menjadi sumber inspirasi bagi riset mahasiswa tersebut. Cara dosen mengajar menjadi role model bagi para mahasiswanya.  

Kedua           
Mengajar yang baik harus menjadikan bahwa mahasiswa merupakan konsumen atau klien dari ilmu pengetahuan yang kita jual (penulis sendiri pernah menulis tentang paradigma baru pelayanan PT, bahwa mahasiswa sekarang adalah konsumen).  Seorang dosen haruslah mengerjakan yang terbaik dalam bidangnya, membaca dari berbagai sumber, bukan hanya dalam bidangnya tetapi juga di luar bidang keahlian sendiri.  Mengapa?  Karena mengajar yang baik bukan hanya menyampaikan ilmu pengetahuan yang menjadi bidang garapan kita (karena itu informasinya bukan hanya dari buku teks dan jurnal ilmiah bidang kita) saja, tetapi juga tentang bagaimana keterkaitan bidang ilmu kita dalam hasanah ilmu lainnya dan bagaimana penerapannya di dunia nyata.           
  
Kedua
Adalah benar jika ada yang berpendapat bahwa semakin tinggi gelar kesarjanaan seseorang semakin fokus dan semakin dalam pengetahuannya dalam bidang keahliannya.  Oleh karena itu, seorang doktor atau profesor seharusnya mempelajari lebih banyak bidang-bidang di luar kajiannya, karena sebagaimana dikemukakan di atas, prinsip kedua dari mengajar yang baik adalah menjembatani antara teori dan praktiknya di masyarakat.

Ketiga           
Pada prinsipnya, mengajar yang baik adalah kesediaan mendengarkan, mempertanyakan, menyikapi dengan responsif, dan memahami bahwa setiap individu mahasiswa dari setiap kelas adalah suatu pribadi yang unik dan berbeda.  Yang sama dari setiap individu mahasiswa hanyalah dalam tujuan akhirnya, yaitu mendapatkan ilmu pengetahuan dan pendidikan yang berkualitas sehingga dapat bermanfaat dalam kehidupan mereka setelah lulus dari pendidikannya.

Menurut Prof. Leblanc, seorang pengajar (dosen) yang baik harus dapat mendorong mahasiswa mencapai keunggulan, dan secara bersamaan mahasiswa juga harus dapat menjelma menjadi seorang pribadi utuh, memiliki rasa hormat kepada sesama, dan selalu menjadi seorang profesional.

Dengan demikian, bukanlah sebuah sikap yang baik jika seorang dosen hanya berdiri di depan kelas, menyampaikan materi ajar secara ‘kering’, tanpa pernah menyisipkan soal etika dan moral, baik yang berkaitan dengan penerapan ilmu yang diajarkannya maupun etika dan moral secara umum. 

Keempat
 Menjadi pengajar yang baik bukan hanya dibuktikan dengan memiliki program kerja (agenda) yang tersusun rapih dan secara ketat mengikuti agenda tersebut (rigid).  Sebaliknya, dosen haruslah bersikap fleksibel, fluid (tidak kaku), selalu bersedia untuk mencoba hal-hal baru (experimenting), dan memiliki kepercayaan diri untuk merespons dan menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang berubah.  Menurut Prof. Leblanc, sebagus apa pun agenda kerja yang disusun, di kelas, paling banyak hanya 10% yang dapat tercapai.  Seorang pengajar yang baik harus bersedia untuk mengubah silabus dan jadwal perkuliahannya jika di tempat lain diketahuinya ada hal-hal yang lebih baik.  Mengajar yang baik merupakan suatu keseimbangan antara menjadi diktator yang otoriter dan menjadi seorang penurut (pushover).           
Pernyataan Prof. Leblanc di atas mengindikasikan bahwa sangat perlu bagi seorang dosen untuk terus-menerus melakukan benchmarking, melalui penggalian informasi (buku, diskusi, internet, studi banding, dll.) bagaimana ilmu yang dia ajarkan diajarkan di tempat lain.  Dengan demikian, pada prinsipnya, bukan hanya silabus mata kuliah yang harus fleksibel mengikuti kebutuhan zaman dan kebutuhan pasar, tetapi mata kuliahnya sendiri juga dapat ‘ditutup-dibuka’ atau ‘dihilangkan dan diganti’ jika mata kuliah tersebut sudah tidak lagi relevan dengan kebutuhan masyarakat.     
        
Silahkan masing-masing kita mengevaluasi diri sendiri, seberapa sering kita memperbaharui bahan ajar, semutakhir apakah bahan ajar yang kita berikan kepada mahasiswa, dan sejauh mana kita tahu bagaimana ilmu yang kita ajarkan diberikan di tempat lain.  Jangan-jangan yang kita berikan dan praktikan sampai sekarang adalah bahan ajar yang sama, yang kita dapatkan dari dosen ketika dahulu kita kuliah, sedangkan teknik kita dalam mengajar pun hanya meniru apa yang dilakukan oleh  dosen-dosen kita dahulu.

Kelima           
Mengajar yang baik juga berkaitan dengan cara atau
gaya (style).  Mengajar di kelas harus juga merupakan suatu ‘pertunjukkan’ yang menarik, bukan hanya berdiri di podium dengan tangan yang seolah terekat ke meja podium atau pandangan yang hanya tertuju ke layar (jika itu pun sudah menggunakan alat bantu OHP atau LCD).  Mengajar di depan kelas bagi seorang dosen adalah bekerja, dan mahasiswa merupakan lingkungan konsumen yang berada di sekitarnya.  Seorang dosen di kelas adalah seorang dirijen (conductor) sebuah orkestra dan mahasiswa bagaikan pemain orkestra yang memainkan alat musik yang berlainan dengan kemampuan bermain yang berbeda-beda. Dari pengalaman kita sebagai mahasiswa, kita pernah mendapatkan dosen yang hanya duduk saja di kursi, ada yang selalu membelakangi mahasiswa dan hanya membaca proyeksi transparansi, atau malah mendiktekan kata demi kata kepada mahasiswa.  Cara atau gaya mengajar bukan saja akan mempengaruhi daya ketertarikan (animo) mahasiswa terhadap materi perkuliahan, tetapi juga terhadap animo untuk hadir di kelas pada mata kuliah tersebut.  Di luar negeri, dimana banyak perkuliahan ditawarkan secara paralel, baik pada semester yang sama (sebagai kelas berbeda) maupun setiap semester, pemilihan kelas biasanya sangat ditentukan oleh kualitas dangaya mengajar dosennya.  Walaupun ditawarkan secara bersamaan dalam satu semester yang sama, dosen yang mengajarnya ‘enakeun’ (menurut istilah mahasiswa sekarang), kelasnya akan diminati oleh banyak mahasiswa (sehingga sering harus dibatasi dengan menerapkan ‘siapa cepat mendaftar ia yang akan kebagian’).  Sementara kelas yang sama tetapi diasuh oleh dosen yanggaya mengajarnya ‘kering’, justru sering kosong melompong.           

Di Indonesia, pembukaan kelas paralel juga dilakukan, terutama untuk kelas-kelas yang pesertanya besar.  Pembagian mahasiswa ke dalam kelas-kelas di Indonesia biasanya diatur oleh Fakultas atau Jurusan, sehingga mahasiswa tidak diberi kebebasan dalam memilih kelas mana yang disukainya.  Jika saja mahasiswa dibebaskan memilih sebagaimana di luar negeri, maka pasti mereka akan memilih kelas yang dosen pengajarnya memiliki style mengajar yang disukainya.  Jangan pernah apriori bahwa mahasiswa tak pernah menilai dosen dan membanding-bandingkan style dosen mengajar.  Kalau tidak percaya, silahkan dengarkan celotehan mereka ketika mahasiswa sedang berkumpul.

Sayangnya di kita, evaluasi oleh mahasiswa terhadap kinerja dosen yang biasanya dilakukan di akhir perkuliahan, belum menjadi standar penilaian kinerja dosen.  Demikian juga pemilihan dosen favorit pilihan mahasiswa belum merupakan kegiatan yang membudaya, bahkan pemilihan dosen teladan saja masih dilakukan oleh tim penilai atasan dosen (pimpinan dan dosen senior) dan belum melibatkan sivitas akademika lainnya (termasuk mahasiswa).  

Keenam           
Prof. Leblanc menekankan bahwa prinsip keenam ini merupakan prinsip yang sangat penting, yaitu bahwa mengajar yang baik harus mengandung unsur humor (jenaka).  Artinya, dalam mengajar, seorang dosen harus menyisipkan humor-humor, yang akan sangat berguna untuk mencairkan (ice-breaking) suasana kelas yang kaku.  Harus disadari bahwa mahasiswa adalah manusia yang datang ke kelas dengan kondisi yang berbeda-beda, dengan permasalahannya masing-masing, baik yang muncul hari itu maupun yang sudah dimilikinya berhari-hari atau berbulan-bulan yang lalu.  Kelas yang kaku dan terlalu serius akan sangat membosankan.  Menurut sumber lain, contohnya Barbara Gross Davies (Tools for Teaching, Jossey-Bass Publishers, 1993), jika pun atmosfir kelas mendukung, mahasiswa hanya penuh perhatian terhadap materi perkuliahan sampai maksimal 20 menit pertama saja.  Untuk itu, dosen harus berusaha semaksimal mungkin untuk memasukkan teknik-teknik jenaka untuk menarik kembali perhatian mahasiswa terhadap materi perkuliahan.  Ada banyak teknik yang dapat dilakukan untuk hal tersebut, tetapi bukan untuk dibahas disini.

Ketujuh           
Mengajar yang baik adalah memberikan perhatian, membimbing, dan mengembangkan daya pikir serta bakat para mahasiswa.  Mengajar yang baik berarti mengabdikan atau menyediakan waktu kita bagi setiap mahasiswa.  Juga berarti mengabdikan diri untuk menghabiskan waktu kita untuk memeriksa hasil ujian, mendesain atau meredisain perkuliahan, menyiapkan bahan-bahan ajar untuk lebih memperbaiki perkuliahan.

Bagi yang pernah mengikuti pelatihan Applied Approach dan Pekerti (Pengembangan Keterampilan Teknik Instruksional) tentu dapat memahami bahwa hanya untuk menyusun SAP dan GBPP saja, berapa besar energi dan banyak waktu yang harus kita curahkan.  Tapi itulah resiko sebuah pekerjaan.  Bukankah tak ada yang memaksa kita untuk menjadi dosen, jadi ketika sekarang kita sudah menjadi dosen, mengapa tidak sekalian saja kita bersikap profesional?

Kedelapan           
Mengajar yang baik harus didukung oleh kepemimpinan yang kuat dan visioner serta oleh institusi yang juga mendukung, baik dalam sumberdayanya, personalianya, maupun dananya.  Mengajar yang baik harus merupakan penggambaran dari pelaksanaan visi dan misi institusi yang selalu harus diperbaiki dan diperbaharui, bukan hanya dalam perkataan tetapi juga dalam perbuatan.           

Khusus untuk Unpad, prinsip ke delapan ini belum dapat dilaksanakan dengan baik.  Kendala utamanya adalah masih terbatasnya dana, terutama untuk kegiatan praktikum.  Hal ini bukannya tidak menjadi perhatian Pimpinan Unpad sekarang, tetapi prioritas program pemenuhannya masih dikalahkan oleh pembangunan gedung perkuliahan dan praktikum.  Kini, setelah luasan gedung dianggap sudah memenuhi, maka pengadaan dan upaya melengkapi peralatan laboratorium menjadi prioritas berikutnya.  Satu hal yang harus dipahami oleh kita semua adalah bahwa baik pembangunan fasilitas gedung maupun program pemenuhan kebutuhan praktikum tersebut, dananya bukan berasal dari Pemerintah, melainkan dari dana masyarakat yang berhasil dihimpun Unpad.  Hal ini perlu ditegaskan karena masih banyak fihak, terutama dosen dan mahasiswa Unpad yang beranggapan bahwa seolah-olah dana pembangunan dari Pemerintah tidak dialokasikan terhadap pemenuhan kebutuhan praktikum.  Kesembilan            Mengajar yang baik adalah tentang pembimbingan (mentoring) yang dilakukan oleh dosen senior kepada dosen yunior, tentang kerjasama, dan kemudian kinerjanya dapat dikenali dan dihargai oleh seorang penilai (penyelia).  Jika seorang dosen telah mengajar dengan baik, sudah sepatutnya ia mendapat imbalan penghargaan, sementara mereka yang mengajarnya masih kurang baik, sudah sepatutnya mereka mendapatkan berbagai progam pelatihan dan pengembangan.

Di Unpad, untuk pelatihan dan pengembangan dosen memang sudah difasilitasi dengan membentuk P3AI (Pusat Pelatihan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional).  Namun sayangnya, kegiatannya baru terbatas pada penyelenggaraan pelatihan AA dan Pekerti saja, seolah-olah dengan telah mengikuti pelatihan AA atau Pekerti, seorang dosen sudah dianggap mumpuni dalam mengajar.  Padahal, seharusnya program garapannya jauh lebih luas lagi, termasuk membuat berbagai materi training sebagaimana tulisan ini.  Sementara itu, proses pembimbingan (mentoring) oleh dosen senior kepada dosen yunior (asisten), nampaknya masih merupakan ‘hiasan bibir belaka’.  Menurut pengamatan penulis, belum ada upaya serius dan terprogram mengenai proses mentoring ini.  Sering yang dikatakan mentoring justru berupa penugasan pelaksanaan tugas (mengajar dan memimpin praktikum) dari dosen senior ke asisten, tanpa pernah adanya pembekalan oleh dosen senior ke dosenyunior tentang bagaimana caranya mengajar dan memimpin praktikum, apalagi membekali dengan bahan-bahan ajar atau materi praktikum yang baik dan mutakhir.  Akibatnya, munculah fomeo ‘pekerjaan untuk asisten, sementara honor untuk senior’.

Dalam proses mentoring yang baik, sebaiknya dimulai dari mewajibkan asisten untuk duduk bersama mahasiswa di kelas, mendengarkan dan memperhatikan bagaimana dosen senior mengajarkan materi perkuliahan.  Kegiatan ini kemudian harus diikuti oleh diskusi antara dosen senior dan asistennya tentang materi yang tadi dibahas di kelas.  Setelah dua atau tiga semester untuk mata kuliah tersebut (bukan 2 atau 3 kali tatap muka), barulah asisten diberi kesempatan untuk menggantikan beberapa tatap muka atau keseluruhan dari tatap muka mata kuliah tersebut.  Itu pun, kuliah perdananya, seharusnya tetap diberikan oleh si dosen senior.  Sedangkan untuk kuliah selanjutnya, jika si senior tidak berhalangan, maka senior dapat berganti tempat dengan asisten, kali ini ia duduk di belakang bersama mahasiswa, memperhatikan bagaimana asistennya mengajarkan mata kuliah tersebut.  Demikianlah proses mentoring yang seharusnya.

Kesepuluh           
Akhirnya, mengajar yang baik adalah memiliki kesenangan, dan kenikmatan batin, yaitu ketika mata kita menyaksikan bagaimana mahasiswa kita menyerap ilmu yang kita berikan, bagaimana pemikiran mahasiswa menjadi terbentuk, sehingga mahasiswa kemudian menjadi orang yang lebih baik.  Seorang pengajar yang baik akan melakukan tugasnya bukan semata karena uang atau karena sudah merupakan kewajibannya, tetapi karena ia menikmati pekerjaannya, dan karena ia menginginkan pekerjaannya itu.  Seorang pengajar yang baik tidak dapat membayangkan ia akan dapat melakukan hal atau pekerjaan lain selain mengajar dan mengajar.

MEMBANGKITKAN MINAT BELAJAR SEBAGAI UPAYA MEMBENTUK PRIBADI SISWA YANG BERKARAKTER

MEMBANGKITKAN MINAT BELAJAR SEBAGAI UPAYA MEMBENTUK PRIBADI SISWA YANG BERKARAKTER

oleh, Suhartini,S.Pd


ABSTRAK
Pada dasarnya minat adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat yang timbul. Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya. Dapat pula diwujudkan melalui peran serta dalam suatu aktivitas. Siswa yang berminat terhadap objek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap objek tersebut.

Membangkitkan minat belajar siswa pada dasarnya adalah membantu siswa melihat bagaimana hubungan antara materi yang diharapkan untuk dipelajari dengan dirinya sendiri sebagai individu. Proses ini menunjukkan pada siswa bahwa pengetahuan atau kecakapan tertentu dapat mempengaruhi dirinya dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Apabila siswa menyadari bahwa belajar merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan, ia akan berminat dan termotivasi untuk belajar.

Upaya membangkitkan minat belajar sangat penting dilakukan terutama oleh guru-guru di sekolah. Hal ini perlu dilakukan karena minat sangat berpengaruh terhadap hasil belajar terutama dalam upaya membentuk siswa menjadi pribadi yang berkarakter. Pribadi yang berkarakter adalah pribadi yang memiliki tabiat, kebiasaan atau watak yang tertanam dalam dirinya.

Bertolak dari anggapan tersebut, dalam karya tulis ini penulis ingin menggambarkan hubungan minat dengan pembentukan karakter melalui karya tulis berjudul ” Membangkitkan Minat Belajar Sebagai Upaya Membentuk Pribadi Siswa yang Berkarakter.” Rumusan dalam karya tulis ini adalah   (1) Bagaimana cara membangkitkan minat belajar? (2) Adakah hubungan minat belajar dengan upaya pembentukan pribadi siswa yang berkarakter?

Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, metode yang digunakan dalam karya tulis ini adalah metode deskriptif yaitu suatu metode yang memberikan gambaran tentang minat belajar dan pembentukan pribadi yang berkarakter. Hasil dari karya tulis ini menunjukkan bahwa minat siswa perlu dibangkitkan oleh guru agar upaya membentuk pribadi yang berkarakter tercapai
Kata kunci: minat belajar, pribadi berkarakter


Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) sering kita temui anak yang sulit memahami materi pelajaran yang sedang diajarkan. Banyak faktor yang menyebabkan anak sulit memahami materi, salah satunya adalah strategi/metode belajar mengajar yang digunakan oleh guru. Untuk itu seorang guru harus mengupayakan strategi belajar mengajar yang tepat yang melibatkan siswa secara langsung baik secara fisik maupun pikiran. Upaya lain yang dapat dilakukan untuk membantu siswa memahami materi adalah dengan menggunakan media yang menarik sesuai dengan materi yang sedang dipelajari. Dengan media yang menarik siswa akan termotivasi untuk memperhatikan dan tentunya akan lebih memiliki rasa keberminatan mengikuti KBM.

Tanpa adanya minat untuk belajar, siswa tidak akan bergairah untuk menyerap materi. Sebenarnya minat siswa dapat kita bangkitkan dengan cara memberikan motivasi.  Motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan sesuatu tindakan dengan tujuan tertentu (KBBI, 2001: 756). Motivasi sangat diperlukan oleh siswa karena hal ini berpengaruh terhadap banyak sedikitnya informasi yang dapat diserap siswa pada waktu materi disajikan kepada mereka. Siswa yang termotivasi untuk belajar tentu akan sungguh-sungguh dalam mempelajari materi, sehingga siswa  akan berusaha menyerap dengan lebih baik. Motivasi belajar siswa merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan belajarnya. Motivasi merupakan faktor yang mempunyai arti penting bagi seorang anak didik (Djamarah dan Aswan Zain, 2010:148)

Minat dan motivasi dalam belajar mempunyai hubungan yang erat sekali. Seseorang yang menaruh minat yang tinggi pada mata pelajaran tertentu, biasanya cenderung untuk memperhatikan dan termotivasi terhadap mata pelajaran tersebut. Sebaliknya, bila minat dan motivasi belajar rendah maka perhatian siswa terhadap materi yang sedang diajarkan akan sangat berkurang. Jika hal ini terjadi berlarut-larut dan terus-menerus tanpa adanya upaya seorang pendidik untuk membangkitkannya maka bisa jadi siswa tidak akan pernah memahami dan menaruh perhatian terhadap materi pelajaran.


1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang penulis ungkapkan dalam latar belakang, permasalahan dalam karya tulis ini dapat penulis rumuskan sebagai berikut:
  1. Bagaimana cara membangkitkan minat belajar?
  2. Adakah hubungan minat belajar dengan upaya pembentukan pribadi siswa yang berkarakter?

1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penulisan karya tulis ini dapat dikemukakan sebagai berikut.
  1. Untuk menggambarkan cara membangkitkan minat belajar.
  2. Untuk menggambarkan hubungan minat belajar dengan upaya pembentukan pribadi siswa yang berkarakter.

1.4 Manfaat Penulisan
Penulisan karya tulis ini diharapkan bermanfaat terutama bagi guru dalam upaya pembentukan karakter siswa setelah kegiatan belajar mengajar sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Selain itu, karya tulis ini dapat dijadikan sebagai sumbangan informasi bagi dunia pendidikan terutama yang berkaitan dengan pendidikan karakter.

Pembahasan
2.1  Minat Belajar
Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh (Slameto, 2010:180). Dalam hal ini, besar kecilnya minat sangat tergantung pada penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar dirinya. Seseorang yang berminat terhadap sesuatu  tentu akan lebih memperhatikan dengan perasaan senang tanpa ada tekanan.

Suatu minat dapat diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dan dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Siswa yang memiliki minat terhadap objek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap objek tersebut (Slameto, 2010:180). Minat dapat menjadi sebab sesuatu kegiatan dan sebagai hasil dari keikutsertaan dalam suatu kegiatan. Karena itu minat belajar adalah kecenderungan hati untuk belajar untuk mendapatkan informasi, pengetahuan, kecakapan melalui usaha, pengajaran atau pengalaman

The Liang Gie menyatakan minat berarti sibuk, tertarik, atau terlihat sepenuhnya dengan sesuatu kegiatan karena menyadari pentingnya kegiatan itu. Dengan demikian, minat belajar adalah keterlibatan sepenuhnya seorang siswa dengan segenap kegiatan pikiran secara penuh perhatian untuk memperoleh pengetahuan dan mencapai pemahaman tentang pengetahuan ilmiah yang dipelajari di sekolah. Guru perlu membangkitkan minat siswa agar pelajaran yang diberikan mudah dimengerti. Kurangnya minat belajar dapat mengakibatkan kurangnya rasa ketertarikan pada suatu bidang tertentu, bahkan dapat melahirkan sikap penolakan kepada guru.
Menurut The Ling Gie, arti penting minat dalam kaitannya dengan pelaksanaan studi adalah :
  1. Minat melahirkan perhatian yang serta merta.
  2. Minat memudahnya terciptanya konsentrasi.
  3. Minat mencegah gangguan dari luar
  4. Minat memperkuat melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan.
  5. Minat memperkecil kebosanan belajar belajar dalam diri sendiri.
Jika seorang siswa memiliki minat pada pelajaran tertentu dia akan memperhatikannya. Namun sebaliknya, jika siswa tidak berminat pada mata pelajaran yang sedang diajarkan biasanya dia malas untuk belajar. Demikian juga dengan siswa yang tidak menaruh perhatian yang pada mata pelajaran yang diajarkan, maka sukarlah diharapkan siswa tersebut dapat belajar dengan baik. Hal ini tentu berpengaruh terhadap hasil belajarnya. Jadi, dapat dikatakan bahwa minat berhubungan erat dengan hasil belajar yang selanjutnya dapat digunakan sebagai pendorong  untuk meningkatkan hasil belajar.

Minat adalah keinginan jiwa terhadap sesuatu objek dengan tujuan untuk mencapai sesuatu yang diharapkan. Hal ini menggambarkan bahwa seseorang tidak akan mencapai tujuan yang diharapkan apabila di dalam diri orang tersebut tidak adanya minat atau keinginan untuk mencapai tujuan yang diharapkan itu. Minat pada dasarnya adalah penerimaan suatu hubungan antara diri sendiri dan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. Dalam hubungannya dengan kegiatan belajar, minat menjadi motor penggerak untuk dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Tanpa adanya minat tujuan belajar tidak akan tercapai.

Dalam lingkungan sekolah, membangkitkan minat belajar siswa merupakan tugas guru. Guru harus benar-benar menguasai semua keterampilan yang dibutuhkan dalam pengajaran antara lain: menguasai materi, memiliki media pembelajaran yang menarik dan bervariasi. Jikaguru tidak menggunakan variasi dalam proses pembelajaran, siswa akan cepat bosan dan jenuh terhadap materi pelajaran. Untuk mengatasi hal-hal tersebut guru hendaklah menggunakan variasi dalam mengajar, agar semangat dan minat siswa dalam belajar meningkat sehingga hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan.

2.2 Membangkitkan Minat
Membangkitkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya adalah membantu siswa melihat bagaimana hubungan antara materi yang diharapkan untuk dipelajarinya dengan dirinya sendiri sebagai individu. Proses ini berarti menunjukkan pada siswa bagaimana pengetahuan atau kecakapan tertentu mempengaruhi dirinya dalam upaya mencapai kebutuhan-kebutuhannya. Apabila siswa menyadari bahwa belajar merupakan suatu alat untuk mencapai beberapa tujuan yang dianggapnya penting dan bila siswa melihat bahwa dari hasil dari pengalaman belajarnya akan membawa kemajuan pada dirinya, kemungkinan besar siswa akan berminat dan termotivasi untuk mempelajarinya.

Dengan demikian perlu adanya usaha-usaha atau pemikiran yang dapat memberikan solusi terhadap peningkatan minat belajar siswa. Minat sebagai aspek kewajiban bukan aspek bawaan, melainkan kondisi yang terbentuk setelah dipengaruhi oleh lingkungan. Karena itu minat sifatnya berubah-ubah dan sangat tergantung pada individunya.
Minat belajar dapat dibangkitkan melalui latihan konsentrasi. Konsentrasi merupakan aktivitas jiwa untuk memperhatikan suatu objek secara mendalam. Dapat dikatakan bahwa konsentrasi itu muncul jika seseorang menaruh minat pada suatu objek, demikian pula sebaliknya merupakan kondisi psikologis yang sangat dibutuhkan dalam proses belajar mengajar di sekolah. Kondisi tersebut amat penting sehingga konsentrasi yang baik akan melahirkan sikap pemusatan perhatian yang tinggi terhadap objek yang sedang dipelajari.

Minat sebagai salah satu aspek psikologis dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik dari dalam maupun dari luar . Dilihat dari dalam diri siswa, minat dipengaruhi oleh cita-cita, keinginan, kebutuhan, bakat dan kebiasaan. Sedangkan bila dilihat dari faktor luar, minat dapat berubah-ubah sesuai dengan kondisi lingkungan. Faktor luar tersebut dapat berupa kelengkapan sarana dan prasarana, pergaulan dengan orang tua, dan anggpan masyarakat terhadap suatu objek serta latar belakang sosial budaya.

Menurut Slameto (2010), faktor-faktor yang berpengaruh di atas dapat diatasi oleh guru di sekolah dengan cara:
  1. Penyajian materi yang dirancang secara sistematis, lebih praktis dan penyajiannya lebih berseni.
  2. Memberikan rangsangan kepada siswa agar menaruh perhatian yang tinggi terhadap bidang studi yang sedang diajarkan.
  3. Mengembangkan kebiasaan yang teratur
  4. Meningkatkan kondisi fisik siswa.
  5. Mempertahankan cita-cita dan aspirasi siswa.
  6. Menyediakan sarana penunjang yang memadai.
Minat berkaitan dengan nilai-nilai tertentu. Oleh karena itu, merenungkan nilai-nilai dalam aktivitas belajar sangat berguna untuk membangkitkan minat. Misalnya belajar agar lulus ujian, menjadi juara, ahli dalam salah satu ilmu, memenuhi rasa ingin tahu mendapatkan gelar atau memperoleh pekerjaan. Dengan demikian minat belajar tidak perlu berangkat dari nilai atau motivasi yang muluk-muluk. Bila minat belajar didapatkan pada gilirannya akan menumbuhkan konsentrasi atau kesungguhan dalam belajar.
Beberapa hal penting yang dapat dijadikan alasan untuk mendorong tumbuhnya minat belajar dalam diri seorang siswa yaitu :
  1. Suatu hasrat untuk memperoleh nilai-nilai yang lebih baik dalam semua mata pelajaran.
  2. Suatu dorongan batin untuk memuaskan rasa ingin tahu dalam satu atau lain bidang studi.
  3. Hasrat siswa untuk meningkatkan siswa dalam meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan pribadi.
  4. Hasrat siswa untuk menerima pujian dari orang tua, guru atau teman-teman.
  5. Gambaran diri dimasa mendatang untuk meraih sukses dalam suatu bidang khusus tertentu.

2.3.Konsep Pribadi Berkarakter
Menurut Kamus Modern Bahasa Indonesia, karakter adalah watak, tabiat, pembawaan, kebiasaan. Watak adalah sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku; budi pekerti;tabiat ((KBBI, 2001: 1270).
Pada dasarnya manusia adalah makhluk dengan berbagai karakter, baik karakter buruk maupun karakter baik (Najib Sulhan, 2010: 1). Pembentukan karakter dapat dimulai sejak anak berusia dini sehingga karakter anak mudah terbentuk. Sebenarnya pembentukan bukan hanya tugas guru di sekolah tetapi  orang tua juga sangat berperan dalam pembentukan karakter.

Pada era sekarang ini pembangunan karakter di sekolah adalah sebuah kebutuhan. Sekolah tidak lagi hanya sebagai tempat untuk belajar bidang akademik tetapi juga sebagai sebagai tempat membangun karakter siswa. Dengan demikian diharapkan nantinya sekolah menghasilkan lulusan yang berkualitas yaitu lulusan yang tidak hanya cerdas tetapi juga memiliki karakter. Karakter yang dimaksud yang tentunya tidak terlepas dari nilai-nilai moral dan agama yang dapat menjadi bekal dalam hidup bermasyarakat dan bernegara.

Karakter Pendidikan harus dimasukkan ke dalam iklim dan rutinitas sehari-hari sekolah. Jaringan Pendidikan Karakter membantu dalam upaya ini dengan menyediakan bahan-bahan yang dapat digunakan guru dalam format yang mudah dipahami. Karakter yang dimaksud antara lain: tanggung jawab (menjadi akuntabel dalam kata dan perbuatan. Memiliki rasa kewajiban untuk memenuhi tugas dengan keandalan, dapat dipercaya dan komitmen); ketekunan (mengejar tujuan layak dengan tekad dan kesabaran sementara menunjukkan ketabahan ketika dihadapkan dengan kegagalan); merawat (menampilkan pemahaman orang lain dengan memperlakukan mereka dengan kebaikan, belas kasihan, kemurahan hati dan semangat mengampuni); disiplin diri (mendemonstrasikan kerja keras mengendalikan emosi Anda, kata-kata, tindakan, impuls dan keinginan. Memberikan yang terbaik dalam segala situasi); kewarganegaraan (menjadi patuh hukum dan terlibat dalam pelayanan ke sekolah, masyarakat dan negara); kejujuran (mengatakan kebenaran, mengakui kesalahan. Menjadi dapat dipercaya dan bertindak dengan integritas); keberanian (melakukan hal yang benar dalam menghadapi kesulitan dan mengikuti hati nurani Anda, bukan orang banyak); keadilan (berlatih keadilan, pemerataan dan kesetaraan. Bekerjasama dengan satu sama lain. Mengenali keunikan dan nilai setiap individu dalam masyarakat yang beragam kita); menghormati (menampilkan menjunjung tinggi otoritas, orang lain, diri dan negara. Memperlakukan orang lain sebagaimana Anda ingin diperlakukan. Memahami bahwa semua orang memiliki nilai sebagai manusia); integritas (sebuah kepatuhan perusahaan untuk kode nilai-nilai terutama moral atau artistik. Bersikap jujur, dapat dipercaya dan yang tidak fana); patriotisme  (sebuah cinta untuk dan loyalitas ke negara).
Pendidikan Karakter telah mengadopsi sembilan dari sifat yang paling populer kami. Sembilan sifat ini bukan ciri-ciri yang tepat diadopsi oleh semua sistem sekolah. Namun ciri-ciri yang paling dan nilai-nilai yang digunakan dalam pendidikan karakter adalah sama atau terkait dengan karakter ini. Berikut adalah ciri-ciri pendidikan berkarakter:

Sifat Karakter Sifat Terkait
Kejujuran Sejati, loyalitas, integritas
Tanggung jawab Ketergantungan, keandalan
Ketekunan Ketekunan, kesabaran
Merawat Kebaikan, baik, kedermawanan, keceriaan, charity, kegunaan
Kewarganegaraan Patriotisme, sportif
Menghormati Self-respect, menghormati
Keadilan Toleransi
Disiplin diri Cukup pengawasan
Integritas Kejujuran, sejati, kepercayaan
Patriotisme Kewarganegaraan, pengabdian, tanggung Jawab
Keberanian Ketabahan, penentuan

Langkah-langkah pembentukan karakter menurut Najib Sulhan (2010: 15-20) adalah sebagai berikut
1.   Memasukkan konsep karakter pada setiap pembelajaran dengan cara:
  • Menanamkan nilai kebaikan kepada anak (knowing the good). Menanamkan konsep diri kepada anak setiap akan memasuki materi pelajaran
  • Menggunakan cara yang membuat anak memiliki alasan atau keingginan untuk berbuat baik (desiring the good)
  • Memberikan beberapa contoh kepada anak mengenai karakter yang sedang dibangun. Misalnya melalui cerita dengan tokoh-tokoh yang mudah dipahami siswa.
  • Mengembangkan sikap mencintai perbuatan baik (loving the good). Pemberian penghargaan kepada anak yang membiasakan melakukan kebaikan. Anak yang melakukan pelanggaran diberi hukuman yang mendidik.
  • Melaksanakan perbuatan baik (actingnthe good). Pengaplikasian karakter dalam proses pembelajaran selama di sekolah.
2.  Membuat slogan yang mampu menumbuhkan kebiasaan baik dalam segala tingkah laku masyarakat sekolah.
3.  Pemantauan secara kontinyu Pemantauan secara kontinyu merupakan wujud dari pelaksanaan pembangunan karakter.
4.   Penilaian oang tua.
Orang tua memiliki peranan yang besar dalam membangun karakter anak. Waktu anak di rumah lebih banyak dibandingkan di sekolah. Rumah adalah tempat pertama anak berkomunikasi dan bersosialisasi dengan lingkunganya.
Minat belajar adalah aspek psikologi seseorang yang menampakkan diri dalam beberapa gejala, seperti : gairah, keinginan, perasaan suka untuk melakukan proses perubahan tingkah laku melalui berbagai kegiatan yang meliputi mencari pengetahuan dan pengalaman, dengan kata lain, minat belajar itu adalah perhatian, rasa suka, ketertarikan siswa terhadap belajar yang ditunjukkan melalui keantusiasan, partisipasi dan keaktifan dalam belajar.

Marilah kita renungkan sebuah puisi karya Hartojo AndangDjaja,
Perempuan-Perempuan Perkasa
Perempuan-perempuan yang membawa bakul di pagi buta
dari manakah mereka
Ke stasiun kereta mereka datang dari bukit-bukit desa
Sebelum peluit kereta api terjaga
Sebelum bermula dalam kerja
Perempuan-perempuan yang membawa bakul dalam kereta,
ke manakah mereka?
Di atas roda-roda baja mereka berkendara
Mereka berlomba dengan surya ke gerbang kota
Mereka hidup di pasar-pasar kota
Perempuan-perempuan yang membawa bakul pagi buta
siapakah itu
Mereka ialah  ibu-ibu berhati baja
Akar-akar yang melata dari tanah berbukitan turun ke kota
Mereka: cinta kasih yang bergerak menghadapi desa demi desa

Jika puisi tersebut kita gunakan sebagai bahan pembelajaran dan kita berikan kepada siswa sebagai bahan apreasiasi, bagaimanakah reaksi dan minat siswa terhadap puisi tersebut? Karakter yang bagaimanakah yang kita harapkan terbentuk setelah mengapresiasinya? Mungkin sebagian siswa ada yang tidak tertarik terhadap puisi tersebut karena dianggap puisi tersebut bukanlah puisi yang bermakna. Atau mungkin ada yang beranggapan bahwa puisi tersebut sulit dipahami maksudnya sehingga tidak ada minat untuk mempelajarinya. Upaya apakah yang dilakukan guru jika hal ini terjadi?
Sebagai seorang guru, kita harus mencari upaya agar siswa tertarik dan berminat untuk mempelajari puisi tersebut karena setelah proses pembelajaran ada karakter tertentu yang diharapkan sehingga terbentuk pribadi yang berkarakter. Salah satu upaya yang dapat kita lakukan agar siswa tertarik dengan pembelajaran puisi tersebut adalah dengan cara menggunakan metode yang tepat. Kita bisa membawa anak ke dalam situasi dan kondisi sesungguhnya mengenai kehidupan orang-orang yang mencukupi kebutuhan hidup. Kita dapat memberikan gambaran atau menunjukkan secara langsung kepada siswa tentang kendaraan yang digunakan orang dalam bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidup. Kita dapat menunjukkan atau membawa anak untuk melihat secara langsung orang yang sedang bekerja. Kemudian kita tanyakan beberapa pertanyaan kepada mereka.  Mengapa mereka bekerja? Untuk apakah mereka bekerja?

Dengan upaya-upaya yang dilakukan di atas, diharapkan siswa akan lebih berminat untuk belajar puisi sesuai dengan tujuan dan karakter yang diinginkan. Dalam puisi ”Perempuan-Perempuan Perkasa” terkandung karakter berkaitan dengan disiplin dan tanggung jawab. Sebagai siswa harus memililki karakter disiplin dalam kehidupan sehari-hari. Sadar bahwa kedisiplinan  sangat diperlukan walaupun tanpa ada pengawasan. Seseorang harus disiplin dalam mengatur waktu untuk mencapai tujuan seperti halnya kereta api yang selalu berangkat tepat waktu mengantar penumpang sesuai tujuan sehingga pemumpang tidak terlambat.

Seseorang harus bertanggung jawab terhadap pemenuhan kebutuhan hidupnya, tidak tergantung kepada orang lain. Pemenuhan terhadap kebutuhan hidup haruslah dilakukan dengan bekerja keras seperti yang dilakukan ibu-ibu dalam puisi ”Perempuan-Perempuan Perkasa”. Tanpa kerja mustahil kebutuhan hidup dapat terpenuhi. Kita mungkin sering tergelitik oleh berbagai cerita  tentang anak-anak usia sekolah yang terpaksa bekerja keras membanting tulang demi biaya hidup, sekolah, dan demi cita-citanya. Lebih realistik sering kita lihat pemandangan anak-anak dengan seragam sekolah menjajakan koran, majalah, dan semacamnya. Semua dilakukan karena mreka bertanggung jawab terhadap pemenuhan kebutuhan hidupnya
Menurut Chepy Haricahyono (1987), manusia memiliki beberapa tanggung jawab, antara lain: Pertama, tanggung jawab manusia terhadap dirinya sendiri. Dalam hal ini orang harus bertanggung jawab terhadap kebutuhan diri, menjalankan kewajiban-kewajibannya  dengan tidak melakukan aniaya terhadap dirinya sendiri. Tanggung jawab terhadap diri sendiri dapat diperluas maknanya menjadi tanggung jawab terhadap keluarga. Tanggung jawab kepada keluarga tidak saja merupakan kapasitas orang tua. Namun, anak pun pada dasarnya tidak terlepas dari tanggung jawab terhadap keluarganya. Kedua, tanggung jawab kepada masyarakat. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial. Secara kodrati, sejak lahir sampai mati manusia memerlukan bantuan atau kerja sama dengan orang lain. Manusia menempatkan kepentingan masyarakat di atas kepentingan pribadi. Ketiga, tanggung jawab manusia kepada Tuhan. Dalam hal ini manusia dituntut untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatannya. Selain itu, manusi juga bertanggung jawab atas pelaksanaan perintah dan pemenuhan larangan-larangan-Nya. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa manusia tidak bisa terlepas dari tanggung jawab, baik tanggung jawab kepada diri sendiri, tanggung jawab kepada masyarakat maupun tanggung jawab kepada Tuhan.

Simpulan dan Saran
Simpulan

Minat memiliki pengaruh yang besar terhadap  proses dan hasil belajar sesuai dengan karakter siswa. Apabila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, sebab tidak ada daya tarik baginya. Oleh karena itu, untuk mengatasi siswa yang kurang berminat dalam belajar, guru hendaknya berusaha bagaimana menciptakan kondisi tertentu agar siswa itu selalu butuh dan ingin terus belajar. Dengan kata lain, guru harus berusaha membangkitkan minat siswa sehingga siswa memiliki minat belajar yang besar. Hal ini mungkin dapat dilakukan dengan cara menjelaskan hal-hal yang menarik, salah satunya adalah mengembangkan variasi dalam gaya mengajar. Dalam kenyataan, tidak semua belajar siswa didorong oleh faktor minatnya sendiri, ada yang mengembangkan minatnya terhadap materi pelajaran dikarenakan pengaruh dari gurunya, temannya, ataupun orang tuanya. Oleh sebab itu, sudah menjadi kewajiban dan tanggung jawab sekolah untuk menyediakan situasi dan kondisi yang bisa merangsang minat siswa terhadap belajar sehingga anak menjadi pribadi yang berkarakter.

Saran

Minat sangat erat hubungannya dengan belajar. Sebagai seorang pendidik guru harus selalu berusaha untuk membangkitkan minat belajar untuk tujuan membentuk peribadi yang berkarakter. Tanpa adanya minat hasil pembelajaran yang diharapkan tidak akan maksimal. Pentingnya peranan minat dalam proses pembelajaran perlu dipahami oleh pendidik agar dapat melakukan berbagai bentuk tindakan atau bantuan kepada siswa.

Jangan mendidik karakter hanya dengan kata-kata saja. Kita mendapatkan akhlak baik melalui praktek atau kejadian dalam kehidupan sehari-hari. Orang tua harus membantu anak untuk menumbuhkan perilaku moral yang baik melalui disiplin diri, kebiasaan baik, hormat dan santun, dan membantu orang lain. Fondasi dari pengembangan karakter adalah perilaku- yaitu bagaimana mendorong mereka untuk berperilaku baik.


DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta
Gie, The Liang. 1990. Cara Belajar yang Efisien. Jogjakarta: Gajah Mada Univercities Pres
Haricahyono, Cheppy. 1987. Ilmu Budaya Dasar. Surabaya: Usaha Nasional
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Slameto. 2010.  Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta
Sulhan, Najib. 2010. Pendidikan Berbasis Karakter. Surabaya: PT Jepe Press Media Utama
http://www.charactered.net. Apa itu Pendidikan Karakter?