Setiap tingkatan perkembangan memiliki masalah-masalah tertentu yang khas, sesuai dengan level perkembangan itu sendiri. Pada masa remaja, permasalahan itu mungkin adalah permasalahan yang sangat banyak, tetapi wajar jika ditinjau dari sudut pandang psikologi perkembangan. Usia remaja adalah usia peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, sehingga permasalahan yang timbul pada masa remaja adalah hal yang sangat mungkin.
Di bawah ini diberikan beberapa permasalahan yang biasa di alami pada masa remaja, sekaligus solusi untuk mengatasinya.
Perkembangan Ciri Sekunder yang Tertunda
Ciri perkembangan sekunder yang tertunda pada masa remaja adalah kondisi dimana ciri sekunder pada ramaja terlambat perkembangannya, yang menyebabkan ketidakpuasan remaja akan body image. Pada remaja yang melewati masa puber (masa remaja awal) dan akhir masa puber (masa remaja akhir), permasalahan fisik yang terjadi berhubungan dengan ketidakpuasan/keprihatinan mereka dengan keadaan fisik yang tidak berkembang secara proporsional sesuai dengan usia remaja pada umumnya atau tidak berkembang sesuai dengan fisik ideal yang mereka inginkan.
Remaja dengan permasalahan ini seringkali membandingkan dirinya dengan fisik orang lain ataupun fisik artis/aktor idola mereka, dalam hal ini terfokus pada pinggul, pantat, perut, paha dan payudara (remaja perempuan) dan kumis, jakun, jenggot dan otot kekar (pada remaja laki-laki).
Akibat dari perubahan ciri sekunder yang tertunda ini, remaja kemungkinan:
- Kepercayaan diri remaja menurun
- Distress emosi
- Pikiran yang berlebihan tentang penampilan
- Depresi
- Perilaku makan yang malapdativ, berlanjut ke anoreksia
- Menurunnya nilai akademik di sekolah
Untuk menangani masalah perkembangan sekunder yang tertunda ini, maka sebaiknya:
- Bagi orang tua, penting mempertahankan agar anak remajanya selalu dalam keadaan sehat, dan terpenuhi kebutuhan akan gizi seimbang.
- Memberikan pemahaman kepada anak tentang proses kematangan pada anak seusianya dan hal-hal yang dapat menghambat kematangan tersebut bukanlah suatu yang memalukan /menakutkan, sehingga ia tidak membayangkan terus-menerus bahwa ada suatu kesalahan pada dirinya bilamana ia berbeda dengan teman-temannya.
- Bimbing anak menggali potensi diri, yang bisa menjadi keunggulan dalam hal yang lain sehingga ia tidak merasa malu akan penampilan, misal prestasi akademik, prestasi olahraga, perstasi seni, dan lain-lain.
- Membantu anak memperbaiki penampilan diri.
- Menjelaskan pada anak bahwa setiap individu itu unik, berbeda dan mempunyai karakteristik masing-masing yang bisa di unggulkan.
Keterlambatan Mencapai Tahap Perkembangan kognitif Operational
Permasalahan ini merupakan suatu perilaku ketidakmampuan remaja dalam mencapai tahap perkembangan operasional formal yaitu kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Sebagian remaja masih berada pada pada tahap perkembangan berpikir sebelumnya yaitu tahapan operasional kongkrit, dimana pola pikir yang digunakan masih sangat sederhana, dan belum mampu melihat masalah dari berbagai dimensi.
Jika keterlambatan perkembangan tahapan ini tidak dilatih/diperbaiki maka akan berlanjut hingga dewasa, dimana seseorang tidak mempunyai keterampilan berfikir dan masih menggunakan penalaran dari operasional kongkrit. Masalah pola pikir ini sering terjadi pada remaja-remaja di negara berkembang dan negara terbelakang.
Keterlambatan mencapai tahap perkembangan kognitif operasional ini kemungkinan disebabkan:
- Pola asuh orang tua yang cenderung masih memperlakukan remaja sebagai anak-anak, sehingga remaja tidak memiliki keleluasan dalam memenuhi tugas perkembangan sesuai dengan usia dan mentalnya.
- Sistem pendidikan yang selalu menggunakan metode satu arah ( ceramah), tidak melatih anak berpikir dan berpendapat.
- Kurangnya perhatian guru dan orang tua pada tahap perkembangan berpikir remaja.
Untuk menangani permasalahan ini, maka sebaiknya:
- Pentingnya memberikan pemahaman kepada anak tentang tugas-tugas perkembangan pada remaja secara normal dan memotivasinya untuk mencapai hal itu.
- Mendorong anak untuk bercita-cita secara realistik, dan tidak kecewa akan prestasi yang telah dicapai tetapi berusaha memperbaikinya.
- Ajak remaja berdiskusi tentang banyak hal, mempelajari dan mengembangkan konsep-konsep sederhana menjadi lebih komplit, hargai perbedaan perndapatnya.
- Libatkan remaja dalam menyelesaikan suatu permasalahan, biarkan ia berfikir secara bebas hargai ide dan pendapatnya, meskipun ide tersebut tidak realistik untuk diterapkan dan tidak ada hasil yang siginifikan bila ide tersebut dilaksanakan.
Referensi:
Carol Wide & Tavris. 2007. Psikologi. Jakarta: Erlangga
Hurlock, E.B. (1991). Psikolgi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (Terjemahan oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo). Jakarta : Penerbit Erlangga
Mongks, F. J. , Knoers, A. M. P. , & Haditono, S. R. (2000). Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Santrock, J.W. 2007. Psikologi Anak. Jakarta: Erlangga.
0 komentar:
Posting Komentar